Notulensi
SEMINAR “MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 9MEA) 2015,
PELUANG DAN TANTANGANNNYA BAGI MASYARAKAT PELAKU INDUSTRI KREATIF INDONESIA
Hari :
Rabu
Tanggal : 1 April 2015
Pukul : 08.30 – 15.00 WIB
Tempat : Ruang Amarta Kantor Walikota
Pekalongan
Pembuka :
Walikota Pekalongan, Basyir Ahmad
Syawie, seminar ini adalah bagian
dari serangkaian acara merayakan ulang tahun Pekalongan ke 109 dan acara
syukuran atas keberhasilan kota Pekalongan memperoleh penghargaan dari UNESCO
sebagai World Creative City di bidang Crafts and Folk Arts, pada tanggal 1
Desember 2014 lalu. Kota Pekalongan adalah satu – satunya kota di Indonesia
bahkan di Asia Tenggara yang tergabung dalam 69 kota kreatif dunia jaringan
UNESCO. Apa yang membuat Pekalongan bisa menjadi bagian dari Unesco World
Creative City? Bahasanya mudahnya “mereka minta nasi goreng, yang jangan
dikasih bakmi goreng” sesimpel itu. Maka dari itu, kami menyiapkan segala
sesuatunya secara detail dari apa – apa yang sudah ditentukan oleh Unesco
sebagai syarat untuk menjadi bagian dari world creative city.
Pekalongan mendaftar di bagian Crafts and Folk Arts. Untuk itu, Pekalongan
mengambil strateginya dengan basis tradisional dengan semangat kontemporer. Pekalongan
di bawah instruksi penuh Walikota menjalin kerjasama dengan 6 kota lain dalam
jejaring Unesco Creative City di antaranya: Santa Fe, Aswan, Kanazawa, Icheon ,
Hangzhou, Fabriano dan Paducah untuk kemudian belajar dan sharing bersama
agar bagaimana bisa menjadi bagian dari Unesco Creative City.
Pekalongan membuat desain logo kota baru yang mencerminkan Craft and Folk
Arts sebagai ajang untuk membranding kota yang nantinya akan disandingkan
dengan logo Unesco, dimana setiap peraih penghargaan creative city dari Unesco
mempunyai tanggung jawab besar untuk bagaimana caranya mempertahankan gelar
yang sudah diraih. Jika tidak, maka gelar itu akan dicopot oleh Unesco.
Pekalongan membuka tangan lebar – lebar bagi kota – kota lain yang ingin
belajar bagaimana caranya agar bisa masuk ke jejaring Unesco Creative City.
Isi Acara :
Sesi 1
Anne Avantie, Fashion Designer, lebih menjelaskan pada semangat baru untuk lebih
memperhatikan pekerja, sebesar-besarnya industri sebuah kota yang kemudian
menjadi aset kota namun tidak memperhatikan kesejahteraan pekerja itu sama juga
bohong. Jika kesejahteraan pekerja dipikirkan, maka kreatifitas pekerja akan
muncul dengan sendirinya, yang nantinya akan memberi efek bagus pada industri
kreatif sebuah kota yang ujungnya akan bermuara pada industri kreatif sebuah
negara.
Yori Antar, Principal Architect, lebih menjelaskan bagaimana merancang desain kota
tanpa harus merusak kota. Memaksimalkan industri kreatif yang sudah ada menjadi
bagian dari desain yang maksimal.
Sesi 2
Mari Elka Pangestu, Ambasador Unesco
Creative City for Indonesia, menjelaskan
bagaimana seharusnya sebuah kota itu menjadi sebuah kota kreatif yang harusnya
didukung oleh semua elemen kota, baik dari pemerintah, akademisi, komunitas dan
pengusahanya saling bersinergi membangun kota .
Hari Waluyo, Dirjen Ekonomi Kreatif
berbasis Media, Desain dan Iptek Kemenpar, sedikit banyak memaparkan program dari rencana aksi badan ekonomi kreatif
ke depan.
Masukan dari SCCN sebagai hasil dari Seminar
Masyarakat Ekonomi Asean 2015 di Pekalongan :
1.
Menyelenggarakan
Indonesia Creative City Forum di Solo. Untuk lebih mempersempit tujuan
pengembangan industri kreatif di Nusantara.
2.
Mengundang 5
perwakilan kota yang dicalonkan ke UNESCO Creative City.
3.
Menghadirkan
masing masing perwakilan dari pemerintah (sebisa mungkin adalah Walikota –
Walikotanya atau Sekda – Sekdanya), akademisi, pengusaha dan komunitasnya.
4.
Masing –
masing kota mempresentasikan industri kreatif kotanya dan bagaimana
persiapannya menjadi bagian dari Unesco Creative City.
5.
Indonesia
Creative City Forum ini dijadikan bagian dari rencana Aksi Daerah oleh Bappeda.